SAMBIL MLENGOS,"TERIMA KASIH YA"
Saya memiliki seorang teman. Yunus namanya. Kurang lebih satu bulan saya tinggal sekos dengannya. Kesan saya selama bergaul dengannya, dia adalah seorang yang baik hati, gemar menolong orang, dan jenius. Misalnya saja, meski dia menempuh kuliah di jurusan syariah, namun kemampuan analisa trouble shoting komputer dan cara "mengobatinya", tidak kalah dengan teman saya yang kuliah masalah komputer.
Namun, ada kesan lain yang membuat saya sering tertawa karena siokapnya itu. Dia mudah sekali merasa tidak enak hati atau orang jawa bilang "pekewuh". Rasa pekewuh itu bagus saja kalau pada tempatnya. Sebaliknya, rasa pekewuh yang berlebihan seringkali membuat orang tersiksa, menyesal, atau menggerutu di belakang. Sikap seperti ini, biasanya melekat pada kepribadian orang jawa. Namun demikian, Yunus bukan orang jawa. Dia orang asli jawa barat, sukunya sunda.
Misalnya saja, ketika datang seorang teman datang ke kos minta tolong agar komputernya di"obati", katanya sudah beberapa hari sakit-sakitan kena virus. Padahal, hari itu ujian sudah dekat. Dia tidak punya banyak waktu untuk mengurus komputer sakit tersebut. Tapi, pekewuh membuatnya bungkam untuk menolak permintaan temannya memperbaiki program komputer. Padahal, dia harus belajar, harus menghafal kaidah bahasa dan sastra arab yang cukup banyak. Saya kasihan. Lagi-lagi, dia merasa kesal setelah temannya itu pulang.
"dasar, ga tau orang mau ujian juga masih minta nginstal ulang komputer. Komputer udah butut gitu, nyebelin. Dibenerin berkali-kali masih tetep aja rusak. Ana males ngerjainnya, tapi ga enak kalau ga dikerjain. Uh dasar, besok ujian lagi! Masih banyak yang belum ana hafal, pusing ana! Kapok, besok ana bakal mau lagi kalaul diminta kayak ginian".gerutunya panjang banget.
Dalam hati saya tertawa, "kenpa baru sekarang menggerutu. Bukannya tai waktu teman datang minta komputernya diperbaikin, bisa ajakan nolak dengan haluls?. Ana yakin kok, dia pasti maklum, ga mungkin kan orang minta tolong kok pake maksa?, gitu pikir saya.
Yang mengherankan, kejadian seperti itu terus berulang. Seakan, pekewuh telah membuatnya begitu amat tersiksa, tidak merdeka.
Suatu pagi sebelum kuliah, Yunus bilang kalau nanti setelah kuliah dia ada acara keluar. Kunci kos yang biasanya dia bawa, diberikan ke saya . Kebetulan hari itu saya tidak ada acara keluar.
Tidak berapa lama saya masuk kos, suara sendal Yunus terdengar. Lebih cepat dari biasanya.
"tok..tok....asaaalamualaikum"
"waalaikum salam" jawab saya sambil membukakan pintu.
Yunus pulang membawa CPU entah milik siapa. Pikir saya, dia tidak jadi pergi, karena ada "proyek" service komputer.
Benar saja. Seketika, seperti seorang dokter unit gawat darurat yang kedatangan pasien yang tengah koma. CPU yang tadi dibawanya, dengan cepat dan lincah segera dibongkarnya.
Tangan kanan pegang mur, tangan kiri menerangi pake lampu handphone. "Benar-benar profesional", batin saya. Saya pikir dia semangat karena bentar lagi ada rejeki. Meski tidak banyak, tapi untuk ukuran anak kos, cukup berarti.
Bagaimana tidak, tadi pagi Yunus bilang kalau sehabis kuliah dia tidak langsung pulang karena ada acara di luar. Tidak tahu persisi saya apa acaranya. Saya hanya menduga, sedang ada panggilan service.
Yunus sudah mendapat kepercayaan dari beberapa kenalannya untuk masalah komputer, pemasangan, service, atau jual beli dalam skala kecil. Kreatif.
Kali ini, saya pikir Yunus untung nih. Biasanya untuk service dia mesti datang ke tempat yang jauh di tempat orang yang mengundangnya. Kali ini, dia tidak perlu pergi jauh, karena CPU sudah dibawa ke kampus. Jadi, sehabis kuliah langsung dibawa ke kosan. Kebetulan yang punya CPU teman kuliahnya.
"pantes aja, ngerjainnya semangat banget. Dalam hati saya berkata demikian.
Belum lama dibongkar, CPU sudah dirangkai dipasang kembali, nampaknya sebentar lagi sudah jadi. CPU di sambungkan ke monitor. Mulailah, jemarinya yang lincah menari di atas keyboard itu melompat dari satu tombol ke tombol yang lain dengan cepat. Layaknya seorang programmer, Yunus benar-benar meyakinkan dalam hal komputer.
"klik...klik....cetek....cetek.......klik....ctek". Cari uang tu ga sulit ya? Bentar lagi komputer jadi, dapat uang deh?
Tapi ternyata, pengerjaan software ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari pada bongkar pasang CPU atau hardware. Yunus butuh waktu berjam-jam untuk memformat ulang. Sesekali terlihat memasukkan kepingan CD atau DVD ke CPU, entah apa maksudnya saya kurang begitu faham.
Sekitar empat jam, selesai pengerjaan. Yunus tampak letih, tidak istirahat semenjak pulang kuliah hingga sore.
Sekitar pukul empat sore, datang seorang teman Yunus ke kosan. Mungkin, dia orang yang punya CPU. Tidak lama setelah itu, jadi. Komputer yang semula koma, kini kembali sembuh.
Sebentar setelah service selesai, Yunus berbicara panjang lebar dengan si empunya CPU. dari mulai sebab kerusakan, teknis "penyembuhannya", dan beberapa program yang dia harus install. Pembicaraan yang cukup lama itu tidak hanya masalah komputer saja, terkadang melebar ke masalah lain. Yang jelas ngobrolnya cukup lama. Saya sendiri tidak begitu menyimak obrolannya.
Setelah lama mengobrol, bercanda, sembari minum air putih yang disediakan Yunus, tak berapa lama kemudian sang teman hendak berpamitan pulang. Nah, di sinilah kejadian "lucu" itu bermula. Tanpa basa-basi, CPU yang baru saja diperbaiki tersebut diangkat, dan pamitan pulang karena hari sudah cukup sore.
"ana pulang dulu ya, udah sore nih. Syukron, jazakallah. Aduh jadi ngrepotin nih. Ya, assalamualaikum!" ucap teman Yunus si empunya CPU sambil memegang tangan Yunus, salaman.
Ana tidak begitu memperhatikan, dan tidak begitu tahu apa yang terjadi, bagaimana mimik muka Yunus yang periang itu. Tak berselang lama, Yunus masuk ke kosan dan sumpah serapah kesal keluar dari mulutnya.
"enak aja syukron, ga ada duitnya. Ana udah batalin acara keluar, ga tidur siang, capek, Cuma dibilang syukron. Ini di Jakarta mas, mana ada yang gratis!"
Ana tertawa mendengar celotehannya. Tertawa ga habis-habis. Kenapa baru sekarang bilang seperti itu, bukanya tadi waktu si empunya CPU datang bisa aja kan dimintai ongkos service. Ya kan?!
"hari gini, mana ada yang gratis??! Makannya bang, besok lagi ga usah pake pekewuh, entar bawaannya nyesel terus belakangan".
Minggu, 10 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar